Di jepang pada tanggal 7 Juli diadakan festival tanabata atau sering disebut juga festival bintang.
Sejatinya ada banyak versi
tentang Tanabata. Ada yang mengatakan bahwa Tanabata adalah kisah cinta
penggembala bernama Altair/Aquila/Hikoboshi dan penenun Vega/Shokujo/Orihime di
negeri bintang. Orihime memang mahir menenun dan dikenal sebagai penenun kain
dewa penguasa langit. Pekerjaan itu sangat menyibukkan Orihime sehingga tak
punya waktu untuk dirinya sendiri, bahkan untuk menenun kain bagi dirinya.
Demikianlah, ayahnya yang
khawatir kesendirian Orihime memperkenalkannya dengan Hikoboshi, penggembala
sapi yang tinggal di seberang Sungai Milky Way (gugusan Bima Sakti). Keduanya
makin dekat. Dewa penguasa kerajaan langit sepakat dan akhirnya menikahkan
sejoli itu.
Tetapi, cinta sering membuat
orang mabuk kepayang. Ini terjadi pada pasangan tersebut. Orihime lalai
menunaikan tugas yang membuat dewa penguasa langit murka. Dewa pun melarangnya
untuk bertemu dengan suaminya. Keduanya terpisahkan oleh sebuah sungai. Orihime
menangis dan memohon ampun. Setelah beberapa hari berhasil meluluhkan hati sang
dewa. Akhirnya dewa mengizinkan pasangan ini untuk dapat saling bertemu setiap
tanggal 7 di bulan 7. Peristiwa pertemuan inilah yang kemudian disebut
Tanabata.
Versi hikayat lain menyebutkan
bahwa keduanya sebenarnya manusia biasa yang menikah di usia 12 dan 15 tahun.
Hikoboshi meninggal di usia 95 tahun dan Orihime 103 tahun. Setelah meninggal
arwah keduanya terbang ke langit, ke Milky Way, tempat pemandian raja penguasa
langit. Tetapi arwah mereka tidak diperbolehkan mengotori Milky Way kecuali
pada hari ketujuh di bulan ke tujuh, ketika raja penguasa langit tengah pergi
untuk mendengarkan lantunan doa-doa sang Buddha.
Toh, dongeng atau legenda di
balik Festival Tanabata selalu dikenang dan dirayakan segenap warga Jepang. Di
dalam Manyoshu atau kumpulan puisi-puisi kuno Jepang yang diterbitkan sekitar
760, terdapat bait: sore saat jumpa/Tanabata tiada akhir/esok mengawali tahun
berikut.Biasanya, saat perayaan Tanabata, tempat-tempat umum di Jepang akan
tampak ramai berhiaskan pohon sasaki yang kudus melambangkan kemurnian (hati).
Selain itu, ada berbagai dekorasi bergelantungan di langit-langit rumah,
masing-masing dengan berbagai arti dan tujuan yang turut meramaikan perayaan
pertemuan itu. Beberapa hiasan itu antara lain washi (kertas aneka warna
berbentuk ulir melambangkan benang yang akan digunakan oleh Orihime),
senbatsuru atau krans bangau (krans yang terbuat dari origami berbentuk lipatan
bangau yang merupakan lambang pengharapan keselamatan dan kesehatan untuk
seluruh keluarga). Krans juga melambangkan kehidupan 1.000 tahun.
Lalu ada juga tanzaku, berupa
potongan kecil kertas persegi bertulisan berbagai harapan sang penulis untuk
kemajuannya di bidang pengetahuan dan bertambahnya kemahiran mereka melukis
kaligrafi huruf Jepang. Kamigoromo, yakni kimono kertas yang melambangkan wujud
manusia agar dijauhkan dari penyakit dan malapetaka. Kuzukago atau kantong
tempat sampah, yang melambagkan kebersihan dan juga dibutuhkan masyarakat yang
beradab, dantoami, semacam jaring ikan yang terbuat dari potongan kertas
melambangkan panen. Merupakan metafora harapan dari para nelayan dan petani
agar usaha mereka berhasil.
Selain itu juga dekorasi
cabang-cabang bambu. Di akhir hari Tanabata, cabang-cabang bambu itu dilempar
ke sebuah sungai yang bermakna membuang kesialan. Di seantero Jepang, Festival
Tanabata berkembang menjadi atraksi yang sangat diminati turis. Salah satunya,
di kota Sendai, sangat terkenal dalam hal dekorasi unik Tanabata.
{ 1 komentar... Skip ke Kotak Komentar }
lengkap sekali infonya makasih
cara cek kuota axis
Tambahkan Komentar Anda